WG Fantasy

PASANG IKLAN

untuk pemasangan iklan 25rb/bln hub 087814704558

Apa yang Anda cari ?


PENYEBAB KONSTIPASI


Lebih banyak dialami oleh wanita.
Apakah Anda sedang mengalami kesulitan buang air besar (BAB), dan bahkan sudah lebih dari tiga hari? Jika ya, jangan anggap remeh karena Anda sudah mengalami konstipasi, atau lebih dikenal dengan sebutan sembelit. Sekjen Perkumpulan Gastroentrologi Indonesia (PGI), SpPD-KGEH dr Dadang Makmun, SpPD-KGEH, mengatakan, konstipasi merupakan masalah umum yang terjadi di masyarakat, mulai dari gangguan ringan pada usus sampai pada tingkat lanjut seperti penyumbatan usus, dan perubahan feses.




     "Seseorang dikatakan menderita konstipasi jika frekuensi buang air besarnya kurang dari tiga kali dalam seminggu, atau sulit BAB, atau feses keras," ujarnya pada acara Press Conference Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi di Indonesia 2010, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB dari RSCM, menambahkan, konstipasi bisa dilihat dari segi waktu transit makanan dan bentuk feses. Normalnya waktu transit makanan di dalam usus berkisar 12-72 jam. Jika lebih dari itu, maka orang tersebut sudah termasuk konstipasi.
Konstipasi dapat pula dilihat dari bentuk kotoran, yakni eras dan besar bergumpal, bergumpal-gumpal kecil, dan terlalu cair. Ketua Pengurus Pusat Perkumpulan Gastroentrologi Indonesia (PGI), dr Chudahman Manan, SpPD-KGEH mengatakan konstipasi merupakan keluhan yang sering ditemui sehari-hari. Konstipasi Itaat mengenai kelompok usia muda maupun orang tua. Namun konstipasi lebih besar dialami oleh wanita. Menurut Dadang, yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia Pertemuan Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi. sembelit merupakan penyakit umum yang dialami oleh sejumlah negara. Di Amerika dan negara barat lainnya, prevalensi angka kejadian konstipasi sekitar dua hingga 28 persen.
Di Cina, survei yang dilakukan pada orang berusia kurang dari 60 tahun di beberapa kotamenunjukkan kejadian konstipasi kronis sebesar 15-20 persen. Studi acak dilakukan pada orang dewasa usia 18-70 tahun di Beijing ditemukan 6,07 persen menderita konstipasi.
Sementara di Indonesia belum ada data berbasis populasi. Hanya ada data berbasis rumah sakit. Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dari 2397 pasien co/onoscopy padal998-2005, sebanyak sembilan persen atau 216 orang mengalami konstipasi, yakni 129 wanita dan 87 pria.
Pencahar
Konstipasi, Ari menjelaskan, dibagi menjadi dua bagian, yakni konstipasi primer dan konstipasi sekunder. Konstipasi primer merupakan konstipasi fungsional yang tidak ditemukan kelainan organik maupun biokimiawi di dalam tubuh setelah pemeriksaan seksama. Konstipasi jenis ini dibagi menjadi tiga, yakni normal transit constipation, slow transit constipation, dan gangguan anorektal (kelainan di ujung anus). Konstipasi sekunder disebabkan penyakit sistemik atau kronik lain, seperti kencing manis, hipertiroid. hipotiroid, uremia, penyakit saraf, dan kanker usus besar, serta berbagai penyakit lainnya.Untuk konstipasi sekunder penanganan tidak sekadar menghilangkan gejala konstipasinya tetapi juga penyakit penyebabnya," jelasnya.
Penyebab penyakit konstipasi, menurut Dadang, karena ada perubahan pola makan, fast food, kesehatan saluran cerna kurang baik, kurang bergerak, kurang minum, kurang makan, kurang serat, serta sering menunda buang air besar.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh dampak psikologis, seperti gelisah, depresi, dan somatisasi. Ketidaknormalan struktur seperti gangguan pada lubang anus, striktur, wasir striktur usus, penyakit inflamasi usus, usus alami kerusakan atau terganggu, dubur terganggu juga berpengaruh. Kehamilan juga mempengaruhi konstipasi ditambah lagi sindrom iritasi usus.
Kebiasaan menggunakan obat pencahar juga berpengaruh. Kalau dibiarkan berlarut dan konsumsi obat pencahar yang tidak semestinya, sembelit kelak menjadi kanker usus besar karena terlalu lama kontak dengan dinding usus dan mukosa biasa menjadi ganas," jelasnya. Obat-obatan yang berpengaruh pada konstipasi sekunder, yakni antasida, anticholinergics, antidepressants, antihistamin, calcium channel blockers, clonidine (catapres), diuretics irons, lev-odopa flarodopa). narcotics, non-steroidal anti-inflammatory drugs, opioids psychotropics, sympathomi-metics.
Dampak
Konstipasi bisa menurunkan produktivitas kerja. Dan jika dibiarkan berlarut-larut bisa menimbulkan kanker kolon. Sebagian terkait dengan penyakit anorektal (wasir, fisura anus) dan penggunaan obat pencahar yang salah.
Selain menurunkan produktivitas penyembuhan pasien konstipasi juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit Di AS sekitar 2.5 juta orang mengunjungi dokter setiap tahunnya. Mereka menghabiskan biaya sekitar 100 ribu orang mendapatkan perawatan setiap tahua Penderita konstipasi telah menghabiskan uang 800 juta dolar AS untuk membeli obat pelancar/pencahar setiap tahua dengan rata-rata harga 2.752 dolar

Categories:

Leave a Reply